Rabu, 19 September 2018

5 Jam di Malang dengan uang Rp. 150.000


Ini perjalanan implusif beberapa karyawan yang pengen kabur sebentar dari rutinitas kantor, saya sang pencetus ide gila menyampaikan keinginan saya ke mreka-mreka yang mau di ajak cuti (Karna cuti adalah hak setiap karyawan). Seperti gayung bersambut tanpa sebuah perlawanan, drama dan pikir panjang (pikir pendek aja mreka males :p) besoknya kami sudah pegang tiket kereta Penataran Surabaya-Malang PP, muahahaha ku berhasil meracuni mereka!

Sebuah itinerary dadakan segera kami buat, dan kun fayakun! Terjadilah.....

Dari Malang ke Omah Kayu

Kami tiba di Malang pukul 10.20 dan akan kembali lagi ke statiun malang pukul 16.49, punya waktu 5 jam di Malang membuat setiap detik itu penting dan berarti, terlebih destinasi utama sesuai hasil voting dan feng shui hari itu jatuh kepada : Omah Kayu, Batu. Jarak Malang ke Omah Kayu butuh waktu sekitar 1 jam tanpa ngerem, padahal kami masih butuh mampir pom bensin karna sepeda motor yang kami sewa bensinnya tinggal segaris! Udah sama persisnya kayak alis saya yang segaris! Kan Kampret!

Menggunakan motor matic di daerah pegunungan memang perlu skil handal dan kerjasama antara driver yang bertubuh langsing dan penumpang yang menyimpan beberapa kilo lemak agar sampai ke puncak gunung tanpa perlu dorong tuh motor. Dengan doa dan ancang-ancang disetiap tanjakan kami berhasil sampai di puncak Gunung Banyak. Bukannya puji syukur kami malah larut dalam bahagia sambil pegang hape masing-masing. Generasi Milenia!

Sayangnya kami hanya punya waktu 30 menit menikmati kota Batu dari landasan Paralayang, 30 menit berswafoto di Omah Kayu, 15 Menit Sholat dan make up tipis-tipis. Waktu yang singkat membuat kami harus beranjak dari Gunung Banyak yang ga banyak maunya kayak kamu melawati jalan yang sama menuju Alun-alun Batu.Tak butuh usaha lebih untuk turun dari Gunung Banyak, tinggal main rem sambil berdoa dan bertobat, smoga remnya ga Blong.



Alun-Alun Batu

Sudah tak terhitung berapa kali saya ke Alun-alun Batu, Alun-alun ini selalu manis untuk dijumpai, selalu asik untuk dinikmati, selalu keren untuk difoto berapakalipun, selalu menambah pasokan lemak untuk menjajal semua kuliner yang dijajahkan, selalu harus mampir ke KUD batu sekedar beli oleh-oleh atau dinikmati sendiri, selalu selalu dan selalu....

Rupanya kami benar-benar tersihir dengan hangatnya Alun-alun Batu, dan ga sadar kalo sudah jam 15.00, harusnya kami sudah keluar dari batu jam 14.30 untuk melanjutkan rute ke Jodipan dan Bakso Bakar Pak Man Malang, mana jam segitu jam macet-macetnya lagi....ga di surabaya ga di Malang podo ae macete!

Lugur Gaes

Kesampluk gaes

Mengejar Kereta

Benar saja kami terjebak macet di sepanjang jalan menuju Kota Malang, di saat-saat genting tersebut kami meeting dadakan di atas motor matic yang melaju, Jalanan udah berasa ruang tamu, kami saling teriak satu sama lain (bukan...bukan karna kita budek, tapi karna masing-masing pake helm dan motor tetap melaju). Dari hasil meeting kami mencoret rute ke Jodipan dan langsung menuju rute berikutnya, Bakso Bakar Pak Man.

Lalu apakah semulus itu perjalanan kami menuju malang?

Apes, perjalanan menuju Malang, motor yang saya tunggani terpisah dengan motor teman lainnya. Saya yang berboncengan dengan teman yang bernama....sebut saja Bonsai (bukan nama sebenarnya), mengandalkan Gps hanya dari Hpnya, kebetulan Quota HP saya habis dan otomatis ga bisa buka gps. Ditengah asik-asiknya macet keluar peringatan dari HP si Bonsai : Baterai tinggal 15%! waduwwww belum juga sampe ke Tujuan sudah lowbath aja ni Hp, saya sebagai teman yang dibonceng dan memantau jalanan dari Gps sedari tadi mau tidak mau mengerahkan daya ingat saya yang sudah lama tidak saya kerahkan. Saya mengingat betul arah menuju stasiun Malang sambil komat-kamit.

Oh ya, saya dan Bonsai putuskan langsung ke Stasiun Malang saja saat itu, karena jam menunjukkan pukul 16.00, kami kuatir kalo mampir ke Bakso bakar Pak Man malah nanti tidak keburu keretanya.

Tidak sia-sia saya mengerahkan daya ingat, kami sampai juga di Stasiun malang, tapi kemana 2 teman saya yang lain? Belum sampaikah? Nyasarkah? Atau mereka tetap lanjut ke Pak Man dengan jam semepet ini? Percakapan di Hp mengabarkan bahwa sherly dan binti sudah berada di Pak Man, saya dan bonsai bergegas menyusul mengikuti petunjuk lewat tele(pati)pon. Begitu datang buru-buru kami pesan seporsi bakso bakar yang isi 10 biji, sambil melihat jam ditangan, kami makan dengan terburu-buru. Duh asli ga nyaman makan begitu, Bungkus deh! Sudah jam 16.35. huhuhu sungguh saya tidak menikmati Bakso Bakar dengan nikmat dan santai.


Drama KTP selebar kertas A4 hasil korupsi

Dari Bakso Bakar Pak Man menuju stasiun Malang membutuh waktu 5 menit yang artinya sampai di stasiun pukul 16.40. Mepet sekali sodara-sodara....begitu serah terima motor matic ke persewaan kami lari-lari kecil menuju pintu masuk stasiun, semua mengeluarkan Tiket dan Ktp untuk dicek petugas, tiba giliran saya menyerahkan Ktp dari dalam tas tapi ga kluar-kluar juga tuh KTP, saya mundur untuk mencari Ktp saya selebar kertas A4 hasil korupsi.

Karna panik saya ubek-ubek tuh tas, tetep aja ga nemu Ktp selebar kertas A4 hasil korupsi, ahirnya saya keluarkan semua isi tas, njelalah tuh Ktp selebar kertas A4 hasil korupsi tergeletak manis di dasar tas. Wasyem! Saya berjalan mendekati petugas cek in Kereta api yang ternyata antriannya sudah mengular, Wasyem...gara-gara Ktp selebar kertas A4 hasil korupsi saya harus mengulang antrian yang semakin panjang.Sebuah ide tidak patut dicontoh terbesit, saya langsung masuk di tengah-tengah antrian antara bapak-bapak, saya pikir kalo cowok biasa di salip ga akan menegur tapi membatin, gpplah...maaf ya pak, sungguh ini sifatnya urgent.

Di sisa-sisa menit terakhir kami benar-benar berlari ke gerbong kereta! Dan kereta api Penataran siap membawa kami kembali ke Surabaya menemui realita hidup.

***
Transportasi menuju Malang dan Batu :
1. Dari Surabaya kami beli tiket Kereta Api Penataran (PP)
2. Dari Stasiun Malang menuju Omah Kayu, Batu. Kami sewa motor matic beat

Pengeluaran untuk 4 orang :
1. Tiket Kereta Surabaya-Malang (Pp – Rp. 24.000) : Rp. 96.000
2. Sewa Motor matic beat (Rp. 70.000) : Rp. 140.000
3. Bensin pertalite (untuk 2 sepeda : Rp. 40.000 (sebetulnya 10ribu permotor saja sangat cukup)
4. Tiket Masuk Paralayang : Rp. 40.000
5. Parkir Sepeda : Rp. 10.000
6. Tiket Masuk Omah Kayu : Rp. 40.000
7. Makan puas di Wong Solo, Batu : Rp. 131.000
8. Minum & Parkir : Rp. 33.000
Total : Rp. 530.000 dibagi 4 orang : Rp. 132.500

*Bakso Bakar Pak Man (bayar sendiri-sendiri) Rp. 30.000,- per porsi

Jadi kalo ada Calon Wakil Presiden, misalnya, bertanya : 150ribu jaman sekarang bisa buat apa? Silakan jawab dengan cerita saya di atas :)




Selasa, 14 Agustus 2018

Asi Tersumbat hingga Mastitis!




Duileh judulnya kenapa kudu saya kasih tanda seru ya? Biar apa? Biar seru aja...*ditoyornetijen*
Iya karna rasa mastitis itu seseru itu buibu. Bagi Ibu menyusui mastitis adalah mungsuh besar yang perlu dihindari, pokok kalo pas ketemu Mastitis..mending kita puter balik deh, atau pura-pura jadi tembok biar aman. Halah. Btw siapa sih mastitis?kenapa dia harus jadi mungsuh? Sejahat itu kah kamu mas....titis!

Namanya Mastitis, dia bukan mas-mas yang punya nama titis, apalagi titit *lupasensor *

Oke oke saya mulai serius nih, Mastitis adalah infeksi pada saluran payudara yang sering terjadi pada ibu menyusui dan bisa mengganggu proses menyusui.

Pengalaman saya didunia menyusui, Puting lecet saja kita sampai meringis kesakitan, apalagi beberapa kali Asi saya tersumbat, seperti ada benjolan di payudara yang harus dikeluarkan, kalo sudah tersumbat biasa payudara berasa sakit, proses menyusui pun jadi lama, biasa pumping cm butuh waktu 15-20 menit, ini lebih, asi yang keluar benar-benar setetes demi setetes.

Biasa kalo sudah begini, payudara saya pijat-pijat, kalo sedang bersama Raka, saya kasihkan payudara saya yang tersumbat, biar lancar. Sejauh ini tips sederhana itu mempan, tidak butuh waktu lama asi lancar kembali kayak jalan tol Surabaya-Jombang yang dipatok harga 80K, cepet tapi mahal. Lah kenapa jadi curhat?

Tapi bagaimana kalo sudah mastitis?

Suatu pagi saya sudah ngerasa Payudara (selanjutnya saya singkat PD ya) kenceng banget, saya coba kasihkan ke Raka daripada harus pumping, eh si bayi nolak karna dia masih kenyang abis makan, ya sudah saya tetap pumping sambil pijat-pijat aja. Siangnya dikantor PD saya makin sakit dan kenceng, saya coba pumping lebih lama sambil pijat-pijat, tetep ga mempan. Begitu juga sore hari dikantor, PD saya semakin menjadi-jadi sakitnya, disini saya mulai ngerasa ga enak badan, my body is not delicious!

Buru-buru pulang dengan harapan si nak bayi nyusu langsung ke maknya, apesnya Raka masih kondisi kenyang. Well badan saya makin ga karuan, mendadak panas dingin sambil megangin PD yang cenut-cenut. Mungkin kah ini yang dinamakan....................................................................................................................................jatuh cinta? (inget woi situ sudah punya anak! *toyorkepalasendiri)

Gara-gara Mastitis saya harus ijin 2 hari buat bolos kerja. Lalu bagaimana saya bisa sembuh? Apakah saya ke mbah dukun minta jampi-jampi lalu disembur? ah...musyrik! Apakah saya ke orang (yang katanya) pintar buat minta kesembuhan? ah...kenapa tuh orang ga jadi dokter aja?

Berikut tips yang saya himpun dari berbagai informasi yang saya coba sendiri :
1. Kompres PD dengan air hangat sambil dipijat-pijat
2. Dinginkan Kubis dalam kulkas, lalu kompres PD dengan Kubis sambil dipijat-pijat, sisa Kubis bisa dicemil kalo situ khilap :P (well...ini saran dari teman saya yang katanya gubis itu punya kadar menetralkan sakit, believe or not? Saya coba saran ini)
3. Potong-potong daun ketela rambat, lalu campur dengan kapur sirih, oleskan di PD sambil dipijat-pijat (ini saran dari mbah buyut didesa)
4. Sesering mungkin menyusui direct ke Bayi dan pumping, untuk melancarkan.

Mana yang paling mempan? Nah...karna saya coba semua dalam waktu yang berdekatan, jadilan saya ga tau, muahahahaha. Yang penting sembuh, ibu ga boleh sakit, ya kan?

So silakan dicoba tips berdasarkan pengalaman saya ini ya...selamat mengASIhi :)

Senin, 09 Juli 2018

MengASIhi Raka



Setahun sudah saya resmi menjadi ibu! Bahagia! Terharu! campur Aduk! udah kayak nasi uduk berserta lauk pauknya ditambah es jeruk, Yummy! Bayi yang dulu diperut suka nendang-nendang, lalu dia lahir membawa perubahan besar dan positif. Sungguh ini bahagia tak terkira yang kalau saya tulis pun tidak bisa di ungkapkan!

Di tahun pertama menjadi ibu saya dapat banyak pengalaman, terutama tentang mengASIhi Raka, mulai dari mencari tahu, belajar menyusui hingga suka duka mengASIhi. Beruntung Allah temukan saya dengan teman-teman yang sangat care tentang ASI, selama hamil mreka slalu berbagi ilmu dan mewariskan tas gabagnya (muahhahaha). Dan Terimakasih Allah, Engkau beri kami waktu 9 bulan untuk sebanyak-banyak-banyak-banyaknya belajar dan mencari tahu tentang kehamilan, menjadi orang tua dan bersenyawa bersama para bayi.

Tekad mengASIhi sejak Hamil
Kebetulan rumah sakit yang saya pilih untuk melahirkan sangat mendukung asi, bahkan dia punya kelas laktasi. Sebagai Bumil yang saat itu haus akan ilmu PerASIan saya mendaftarkan diri dikelas laktasi. Namun sepertinya belum jodoh, saya 2 jam duduk anteng menunggu...menunggu..lalu suster mendatangi saya sambil membawa goodiebag manis.

Bu...mohon maaf, kelas laktasi hari ini dibatalkan, nanti kalau minggu depan ada kami akan hubungi ibu”, kata Mbak suster lembut. Kok Tumben juga saya 2 jam nunggu biasa aja dan mengiklaskan 2 jam hari itu tanpa emosi.
“Bu ini ada goodiebag, sebagai permintaan maaf kami”, Lanjut mbak suster. 
 
*Sampai dikantor saya buka tuh isi goodie bag: voucher baby spa dan ibu, voucher suntik vaksin (lupa namanya), cream anti streatmacth dan handbody lotion untuk ibu hamil, saya total semuanya kurang lebih Rp. 400.000,- Muahahaha rejeki bumil menanti 2 jam! Coba saya menanti 6 jam mungkin dapet kulkas 4 pintu beserta token listriknya muahaha (ini sih ngarep)

Konsultasi dengan Dokter
Saat kehamilan masuk sekitar umur 8 bulan lebih 2 minggu, Dr. hendra memberi saya obat pelancar asi (merknya lupa, huahaahaa maafkan saya ya netizen budiman) yang jelas tuh obat gede, bau daun katuk luar biasa nusuk tulang hidung hingga kerongkongan. Saya minumpun kadang-kadang (kalo pas lagi brani). Tapi ini perlu ya buibu! Jangan contoh saya. Obat pelancar asi ini harus sesuai resep dokter ya...dokter akan lebih paham kapan waktunya kita konsumsi nih obat, karna kalau kandungan kita blm cukup usia, tapi sudah minum obat pelancar asi, efeknya memancing kontraksi lebih awal.

Wajibnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan perlunya rooming in!
Apapun cara melahirkan kita, Inisiasi dini sangat perlu, kenapa? Karna inilah proses bayi belajar menyusu. Dan menurut saya pribadi, IMD adalah hal luar biasa, kita bisa peluk bayi yang selama 9 bulan cuma bisa bayangin wajahnya, memeluknya setelah bertarung dengan kesakitan, seperti terbayar. Ya kan?

Nah menurut saya rooming in perlu (kalo bayinya sehat dan tidak ada masalah ya) karna dengan rooming in kita benar-benar seperti memasuki babak baru kehidupan sebelum pulang kerumah : Menjadi Ibu dan ayah. Belajar menyusui, mengatasi bayi menangis, menggantikan popok dll. Saya sama suami sempat terkaget-kaget dengan ritme hidup kita yang tiba-tiba semua serba panik rasanya. Dikit-dikit kami manggil suster tanya :
ini kenapa nangis terus ya sus?”,
Sus saya sudah nyusuin dia tapi kok tetep nangis?”,
Sus...ini kenapa kulitnya merah-merah?”,
Sus ini tagihan rumah sakit suster yang bayarkan?” (yang terakhir ngaco, kalo sampai tanya beneran, bisa-bisa saya didemo suster gerbang kertasusila :p)

Jadi rooming in itu sangat seru sodara, kita akan belajar banyak didampingi ahlinya, bisa melekan, panik tiap menit, lupa makan, lupa mandi, tapi tidak pernah pada Allah yang Maha Esa :) .

Belajar Menyusui dari sang Ahli Laktasi
Bagaimana rasanya awal-awal menyusui? Sakit dan lecet. Saya sampai meringis kesakitan setiap Raka menyusu :( . saya rasa itu wajar untuk ibu baru, belajar dan belum tau bagaimana cara yang benar.

Jodoh tak kan kemana. Ahli laktasi di rumah sakit yang sudah ibu-ibu melakukan kunjungan ke kamar saya, saya diajarkan bagaimana cara menyusu yang benar, diberi tips agar Asi lancar, konseling, memberi motivasi dan terakhir sebelum keluar dari rumah sakit, (ini yang saya salut) mreka benar-benar memastikan produksi asi saya, saya diharuskan keruang laktasi, untuk mencoba pumping pertama kalinya.

Oh ya berikut tips menyusui yang benar :
1. Pastikan ibu dan bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman.
2. Posisi kepala bayi lebih tinggi dibandingkan dengan badannya, ibu dapat menyangga dengan tangan atau bantal. Posisikan hidung bayi sejajar dengan putting, agar bayi membuka mulutnya. Posisi pundak ibu harus tegap ya.
3. Ketika bayi membuka mulutnya, dekatkan bayi ke payudara ibu. Tunggu hingga mulutnya terbuka lebar.
4. Posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu perlekatan asimetris. Pada perlekatan ini, mulut bayi tidak hanya menempel pada putting payudara, namun pada area bawah puting payudara dan selebar mungkin. Perlekatan ini merupakan salah satu syarat penting dalam cara menyusui dengan benar.
5. Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu tidak merasakan nyeri saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI. (ini penting buibu)
6. Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke arah gusi dan puting. Kemudian, coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan sudah benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.
Alhamdulillah saya mengalami p*ting lecet-lecet kurang lebih 2 bulan, serulah sakitnya :D

ASI ku cukup ga ya?
Cuti 3 bulan dari kantor, saya mengalami baby blues di sebulan pertama. Total saya benar-benar tidak pumping, full direct breastfeeding. Saya baru pumping di bulan ketiga, hasilnya saya benar-benar deg-degan cukup ga ya asi saya selama nanti kerja. Saya merasa bego sekali...sedih meratapi kantong asi yang ga lebih dari 20 kantong.

Saya terlalu pede dengan hasil pumping diawal-awal yang dapetnya “lumayan”, membuat saya jadi santai untuk tidak pumping. Salah!(*sebal sendiri) saya melupakan prinsip ASI : Supply and Demand. Oke cukup menyalahkan diri sendiri, saya fokus cari cara mengejar stok ASI dengan cara berikut :
1. Rajin dan Konsisten Pumping
2. Tentukan Jadwal Pumping, contoh saya : sehari 4 kali pumping, Pagi bangun tidur/sebelum berangkat kerja, jam 11 siang dikantor, jam 4 sore di kantor, dan menjelang tidur (sampai sekarang kalau Raka bersama saya, mimiknya langsung ke saya)
 
Alhamdulillah selama ini stok asip dikulkas tidak lebih dari 20 kantong, tapi Raka full asi hingga 1 tahun, believe or not? Temen saya yang Duta ASI sampe geleng-geleng acungin jempol, hahaha! So tidak ada yang tidak bisa selama kita mau ya buibu. pokok selama saya rajin dan konsisten pumping setiap hari, pasti kekejar. Dan tentu berdoa ke Allah agar slalu diberi rizki ASI untuk raka.

Asi Tersumbat hingga Mastitis!
Oke untuk judul ini akan saya simpan untuk bahan blog selanjutnya, muahahaha (*digebukin netizen tidak budiman), intinya saya akan share, tapi entar ya...maklumi lah saya ibu-ibu yang ngeblognya nyuri-nyuri waktu kerja :P (*Ditelpon HRD “mau gaji discount?”)

Akhir kata.....ijinkanlah saya sampaikan jangan pernah lelah mengASIhi, yakinlah bahwa kita bisa! (ceileh mulut saya...) Semangat wahai para ibu! Para Ayah juga ya...jadilah ayah ASI!

Senin, 16 April 2018

Perjalanan yang ditentukan oleh cuaca dan ke(tidak)beruntungan - Lembongan

Pernahkah adek-adek, kakak-kakak, mas-mas, mbak-mbak semua merasakan suatu perjalanan ditentukan oleh cuaca? Yang moment cuacanya itu adaaaaa aja, walau sudah bertobat, eh masih aja ketemu yang namanya ombak/hujan/kejadian tdk terduga lainnya. Atau ke(tidak)beruntungan dalam suatu perjalanan? Kalo ada sini, boleh angkat tangannya tinggi-tinggi.


Ombak

Waktu lagi hamil raka 4 bulan, saya and the gank gembel melakukan perjalanan ke Nusa lembongan menggunakan Spead boat dari Sanur tanpa sarapan 4 sehat 5 sempurna (karna kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt). Saya sengaja duduk dekat jendela sambil menikmati cipratan air laut yang asin rasanya dan angin laut yang segar-segar lengket diwajah. Ombak menuju Lembongan kali ini heboh, lebih kerasa guncangannya, seperti naik rollercoaster, naik lalu dihempaskan ke laut. Awalnya itu seru-seru aja, saya sampai ketawa-ketawa lepas, berikutnya....kepala saya mulai pusing, langsung saya liat ke arah jendela terus, berharap : jangan muntah jangan muntah. Speadboat menempel di bibir pantai Lembongan, semua rombongan turun berlahan-lahan, sampai saya sadari : lah suami saya mana??? tega amat istrinya lagi hamil main tinggal aja!

Belum tuntas mencari suami, Irma yang sedari tadi duduk disebelah saya cuma dieemmmm aja, tidak bersuara tapi bernafas, tidak bergerak tapi hidup.
“mbel...mbel...”, panggil saya ke irma. Dia tetap diam.
“your friend oke?”, tanya mbak bule yang melintas.
“i dont know”, saya ga yakin juga...bisa-bisanya nih perawan terdiam disaat yang ga tepat. Irma mabuk laut sodara-sodara! Hahaha, teman yang tersisa di kapal pun dengan sabar menunggu irma sampai pulih.

Warung Terkutuk
 
Akhirnya....kita menginjak lembongan dengan lelah letih lesu lemah limbung lala yeye. Saya temukan suami duduk di sebuah warung dengan muka pucat, dia mabuk laut juga. Diputuskan saat itu juga untuk sarapan diwarung dekat dermaga yang pas kita buka menunya pingin saat itu juga lari ke ATM karna ngrasa uang kurang, ahahah wasyem! Harga yang ga manusia bagi kaum gembel itu sungguh menciutkan dompet kami, akhirnya kita pesan : “mbak nasi gorengnya satu ya...bungkus!”.

Belum sejam menginjak Lembongan, Ombak yang meninggi memberi ucapan selamat datang, hingga terdampar di warung terkutuk bagi kaum gembel. Tak papa...kami masih semangat untuk lembongan.

***Selama di lembongan kami menginap di Bunda 7 Bungalow yang harganya miring namun design cottagenya alamakkkk bisa buat anda anda sekalian ga pingin cek out!

Selain rasa sayang kepada suami (maklum manten baru saat itu) ternyata ada rasa lain yang lebih mengusik kala itu : lapar! Dengan gotong royong kami makan nasi goreng yang harga selangit itu berenam, iya berenam! Lumayan ganjel-ganjel sebelum kita cari sarapan (yang kesiangan).



Kue di Yellow Bridge

Kami masih menuntaskan hasrat kenyangin perut sebelum lebih lanjut explore ke Nusa Ceningan, setelah makan tak lupa beli beberapa kue untuk bekal perjalanan (mencari kitab suci) di Nusa Ceningan nanti. 

Tapi namanya manusia narsis yang tak luput dari camera, kami sempatkan kala itu foto-foto beberapa ribu gaya. Sangking asyiknya foto hingga tak sengaja Irma meletakkan perbekalan kue di Jembatan iconic tersebut. Meletakkan namun lupa mengambil kembali. FATAL! Karna setelahnya kami baru sadar kue itu tertinggal setelah kami merasa lapar di Nusa Ceningan. HAHAHA.

Adegan diulang 3 kali karna....

Malam di Lembongan begitu syahdu, hujan rintik-rintik menghentikan niat kami mengelilingi Lembongan ketika Malam, karna pesan mama jangan hujan-hujan nanti sakit, uh...

“Rek tibake nasi goreng seng mbiyen mandek nang ngarep ga onok (gaes ternyata nasi goreng yang dulu berhenti didepan tidak ada)”, kata Sani.
“trus kene mangan opo san? (terus kita makan apa san?)”.
“piye yo...(gimana ya)”, Sani jadi bingung sendiri.
Karna hujan yang rintik-rintik, kita coba cari makan yang dekat-dekat dengan harga yang semoga saja terjangkau.

Begitu keluar parkiran cottage, kita ke Motor sewaan masing-masing lalu hujan yang tadinya rintik saja berubah menjadi rintik-rintik-rintik-rintik kuadrat : deres! Semua lari masuk cottage, 5 menit kemudian hujan deras kembali mereda. Dengan cool kami keluar parkiran lagi mendekat ke motor sewaan lagi lalu...hujan deras kembali datang, kami berlari lari ke cottage dengan ketawa. Kami masih sabar menunggu hujan deras menurunkan levelnya. 

Oke sip hujan menurunkan levelnya.

Kami bergegas lagi ke parkiran melakukan adegan yang sama seperti sebelumnya lalu.....yap!hujan deras kembali turun. Kami benar-benar ngakak, 3 kali kami melakukan adegan yang sama, sepertinya hujan sedang mangajak kami bermain-main. Hujan..lupakah kamu? Mama melarang.

Sepertinya si Hujan iba dengan muka kelaparan kami, iba atau eneg? Dia menurunkan levelnya, kami berlari kencang ke parkiran, bergegas meng-gas motor sewaan, wusss..... lalu berhenti di Rumah Makan terdekat.

Selamat! Kami telah melewati rintangan dari si Hujan. Makan Malam hari itu begitu nikmat, dari makan malam kami cerita panjang lebar sampai pegawai Rumah Makan ikut nimbrung dengar kami bercerita atau kami yang lebih sering dengar dia curhat, hahaha, tapi hujan rasanya masih ingin bersama kami, dia tetep menurunkan air nya dengan deras, seakan akan membuat kami mau tak mau duduk santai di rumah makan sambil ngobrol dengan orang lokal.

Lampu Mati

Ya...Lampu mati ketika malam sudah larut, aneh rasanya tidur di tempat baru dengan kondisi gelap.

Island Hoping yang tidak diharapkan




Mangrove

Menyadari kondisi alam Lembongan yang agak extrim, saya yang kala itu sedang hamil 4 bulan tidak ada keinginan untuk Snorkling, masih trauma dengan ombak yang tinggi. Sani dengan baik hati bersedia menemani saya untuk keliling Nusa Lembongan saja.

Tapi entah ada setan yang nyelip diantara kami atau teman-teman yang berubah jadi setan, tiba-tiba saja kami berenam sudah ada di perahu kecil, yang kalau ada 1 orang aja joget perahu oleng dan kita jatuh. Ya Kami ambil paket Island Hoping menjelajah mangrove dan Snorkling. Karna masih pagi, lalulintas di mangrove masih sepi, cuma ada perahu kami, jadi perahu kecil ini bebas mau belok kanan kiri oke.

Hingga kami melewati suatu jalur sungai yang airnya makin lama makin dangkal. Huahahahaha, perahu kecil kami tidak bisa bergerak, dipaksa maju juga air makin dangkal, jadi harus mundur. Sang operator Perahu kecil begitu cekatan mencoba memundurkan perahu yang berkali-kali dia coba tidak berhasil. Suami saya yang baik (ehem) langsung nyemplung gitu aja ke sungai dan dia dorong nih perahu sampai ke air yang lebih dalam. Lalu dengan tanpa dosa dia mencoba Naik perahu kecil yang langsung oleng, “Daniiiiiiii”, Semua histeris! Untungnya kita semua ga jadi nyemplung, selamet...selamet...

Mabok Jamaah

Island Hopping pertama berada di titik Patung Budha di Bawah Laut, namun kala itu ombak bergerak kencang, saya putuskan ga ikut snorkling, feeling saya sudah mau mabuk saja rasanya. Di Kapal hanya ada saya dan Sang Operator, kami saling diam, tidak bertatap muka dan tidak sempat bertukar nomor WA. Saya dengan dunia saya sendiri, mengsusgesti : jangan muntah, jangan muntah!

Belum ada 10 menit semua sudah naik, lah cepet amat? Semua bilang ombaknya terlalu heboh, dan beberapa teman sudah merasakan pusing.

Oke kita lanjut di titik Island Hopping kedua, yang berada di dekat Nusa Ceningan. Kali ini Ombak lebih heboh dari pada sebelumnya, hanya beberapa orang yang masih kuat yang brani nyemplung. Itupun ga sampai 10 menit juga. Disini satu persatu kami mulai muntah jamaah, gara-gara liat mreka muntah, saya jadi latah, sugesti yang saya bangun sejak tadi mendadak runtuh, saya ikut muntah, HUEKKK! 

Tak lama suami buru-buru naik ke kapal dengan muka pucat, lalu HUEKKK!
loh ikannya makan muntahanku!”, seru suami ke kita, kok kayaknya bangga gitu muntahannya di makan ikan?
HUEKKK! suami muntah lagi dan kliatan banget dibuat-buat, kali ini muntahannya murni untuk memancing para ikan berkumpul dan makan bersama muntahan dia. Iuhhh...

Semua lemas kecuali Yomy yang masih bertahan.

kita lanjut ke spot 3 ya”, kata sang operator yang cuek bebek dengan kondisi penumpangnya. Tapi tawaran itu kami tolak dengan halus karna kondisi kami yang tidak memungkinkan. Rugi 1 tempat tak papalah...dari pada lebih sakit. 

Mabok Jamaah...oh Jamaah...

Breakfast yang Hangus

Mendekati jam 10 pagi, setelah speadboat menempel tanah, kami bergegas kembali ke Cottage untuk mengejar sarapan pagi yang disediakan oleh pihak cottage. Hanya telat 11 menit kami datang, breakfast hangus, kami memelas, masak iya...beberapa menit saja tidak boleh, Dan tetap tidak dikasih breakfast, makin gembel saja kita ini...


Jadi pernahkah kalian punya pengalaman macam kami?

Rabu, 18 Mei 2016

Gili Trawangan - Explorer Lombok (4)

Senin, 7 Desember 2015

***Sssttt...karna ke (sok) sibukan saya, update blognya molor banget. Tak apalah...lebih baik terlambat dari pada tak menulis sama sekali :D #tetepbeladiri.
--------

We Love Monday! (tumbenkan?)


Samar-samar dari balik pintu terdengar bunyi gedoran dan teriakan, “Woi..bangun!!! ayo keliling!,” teriak Mas eko dari balik pintu. Saya dengan mata masih berat mencoba mencari handphone untuk melihat jam, ah...masih juga jam 4 pagi, entaran deh.

Dan kejadian itu terulang hampir setiap 10-20 menitan hingga adzan subuh berkumandang pukul 5 pagi waktu Lombok. Baru deh saya bangun beresin muka seadanya dan sholat. Begitu saya buka pintu, heran juga, kenapa masih sepi, yang lain mana? Kenapa Cuma ada mas eko yang duduk sendiri.

“Yang lain mana mas?”, tanya saya. Mas eko Cuma jawab pakai isyarat tubuh menggelengkan kepala yang mungkin artinya : entahlah. Well, ternyata yang lain sama seperti saya, masih berat untuk bangun pagi, dan mas eko, satu-satunya manusia yang bersemangat bangun pagi untuk melihat sunrise dan mengelilingi Gili Trawangan.

Biasanya “I hate Mondey” tapi untuk hari ini kami punya slogan “I Love Monday”, ya sayangnya hanya hari ini saja. Kami berenam mengejar sunrise di dermaga, dengan background gunung Agung Bali, laut dan kapal yang bersandar di dermaga, pagi itu terasa syahdu sampai saya sadari,Gili trawangan pukul setengah 6 masih sangat sepi. Niat kami mengelilingi Gili trawangan menggunakan sepeda sudah berapi-api, sangking semangatnya saya sampai lupa pake pensil alis, oh...mau ditaruh mana muka ini?

Btw kami sempat beli sarapan didekat dermaga Gili Trawangan, kami bungkus dan dimakan nanti setelah bersepeda, perporsi Cuma Rp. 15.000,-. Seorang ibu-ibu dengan besek besar, saya lupa nama makanannya, seperti ayam kari dikasih mie kuning dan lontong, perpaduan aneh, tapi sungguh saya suka banget, rasa pedes dan rempahnya pas! Sebagai pecinta kuliner saya menyesal melupakan nama makanan itu. (alibi buat balik ke Gili trawangan lagi nih :D)

Luas gili trawangan hanya 2.954 hektar, jadi memutari gili trawangan cukup waktu sejam bila menggunakan sepeda (tanpa macet dan lampu merah. emang ada?). Sebetulnya disini juga ada cidomo yang siap mengantar setiap pengunjung mengelilingi Gili trawangan, namun kami pilih bersepeda, selain hemat, lumayan bakar lemak, syukur-syukur turun 3 kilo. Aamiin. Oh ya, dengan bersepeda kita bisa berhenti dimana saja, mengabadikan setiap spot yang bagus. Overall, saya jatuh cinta dengan Gili Trawangan!

Bangun tidur - muka bantal

Siluet
Romantic siluet
Big Siluet (Gemuk :P)
 
Pukul 9, kami beberes badan dan barang. Tak lupa saya haturkan terimakasih banyak ke Baleku homestay, tempat kami bernaung, berteduh dan memiliki tetangga bule, dimana setiap mereka “beradegan” kadang lupa tutup pintu, akibatnya kami bebas melihat “adegan tanpa sensor dan streaming”. Hore!!! Loh?.

Pukul 10, Dermaga  Gili trawangan belum begitu ramai, kami duduk menunggu kapal penuh. Deg-degan juga karna kami mengejar waktu menuju ke Bandara, dan kapal hanya akan berangkat bila penuh sekitar 30 orang. Alhamdulillah, hampir sejam menunggu, akhirnya kapal berangkat juga.

Di Pelabuhan Bangsal, kami sudah sewa mobil yang mengantar kami ke Bandara, harga yang di patok lumayan juga, Rp.300.000,- untuk sekali jalan, Pak Ojik 087865252852.



Dibalik foto yang keren.....
 
Terdapat fotografer yang luar biasa :D




dekat Dermaga




Flying Yoga

Ada Aqua?
Sepeda

Telephon

We...and the backbone
Bakar Lemak!
 

Jangan Lupa Beli Oleh-oleh (lagi!)

Sebelum ke Bandara,ada baiknya mampir ke Excotic Lombok (Jl. Raya Senggigi no. 88 A, Batu layar, Lombok Barat) untuk membeli oleh-oleh (lagi) disini jual kaos dengan segala hal berbau lombok, dengan harga mulai dari Rp.25.000,-. Menurut saya design kaosnya keren, sangking kerennya saya terlalu galau buat milih kaos, maklum masih labil, pengennya mborong semua.

Ga lengkap juga kalo cuma beli kaos, Pak Ojik juga mampirin kita ke toko oleh-oleh makanan Khas lombok, Toko Lestari(jl. Adi Sucipto Tinggar –Ampenan). Lucunya disini kami benar-benar dikejar waktu, jadi belanjanya chaos gitu. Begitu sampai dikasir saya, irma dan sany baru ingat kalo kami belum gajian, tak ada uang untuk membayar, tak ada harta yang bisa ditinggal. Ah...chaos again!  Dan teman-teman yang sudah gajian terpaksa buka dompet buat bayarin. Hore!!!

****
Ssttt...Diruang tunggu bandara, sebuah sms masuk ke handphone saya, dari Mandiri yang mengabarkan sejumlah rupiah masuk ke rekening saya (baca:gaji yang tertunda) tau apa yang saya ucapkan saat itu ke teman-teman?

“Untung digaji saiki, lak digaji ket wingi isok entek duitku!”, yang lain manggut-manggut memaklumi. Setelahnya saya baru sadar, lah tadikan beli oleh-olehnya ngutang temen! #tepokjidat.

***
Berikut pengeluaran kami di hari keempat :
1.    Kapal dari Gili Trawangan ke Bangsal : Rp. 117.000,- untuk 6 orang
2.    Sewa mobil + driver dari Bangsal ke Bandara : Rp. 300.000
3.    Makan Pagi : Rp. 15.000/per orang